Hubungan Manajemen Mutu Terpadu dengan Pelayanan Kesehatan
Pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang maju dan modern meningkatkan kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau sesuai kemampuan masyarakat. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kemampuan masyarakat untuk membayar biaya kesehatan. Undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 menyatakan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan setiap orang untuk hidup sehat guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan tujuan pemerataan kesehatan dilakukan upaya pengembangan community center, peningkatan partisipasi masyarakat, dan pengembangan sistem rujukan. Puskesmas berada di garis depan dalam memberikan pelayanan kesehatan primer ke desa-desa terpencil dan masyarakat umum. Partisipasi masyarakat berbentuk lembaga posyandu di seluruh tanah air.
Rumah Sakit adalah dasar dari sistem rujukan bagi dokter, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan penyembuhan dan pemulihan kesehatan manusia. Untuk mendorong pemerataan pembangunan fasilitas dan institusi kesehatan, pemerintah membuka kesempatan kepada pihak swasta untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Pelayanan kesehatan masih merupakan hak sipil. (Nomor Undangan 23/1992). Namun di sini bukan berarti diperoleh secara cuma-cuma, melainkan dapat diartikan bahwa pelayanan kesehatan tersedia, mudah dijangkau, bermutu tinggi dan dengan harga terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Manajemen pelayanan kesehatan yang ramah pasien memerlukan manajemen modern dan sosial ekonomi. Rumah sakit harus selalu bereaksi terhadap perubahan dengan cukup cepat kemudian segera mengantisipasinya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat dengan selalu mengacu pada kepuasan pelanggan. Tuntutan sosial saat ini adalah pelayanan kesehatan yang sederhana, cepat dan nyaman, yang pada akhirnya dapat menciptakan kepuasan terhadap hasil pengobatan sesuai dengan penyakit yang diobati. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan yang lebih baik semakin dituntut oleh rumah sakit sebagai organisasi pemberi pelayanan kesehatan masyarakat.
Mutu rumah sakit sangat bergantung pada sumber daya rumah sakit, seperti mutu pelayanan yang diberikan oleh dokter, perawat, staf dan pekerja, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Rumah sakit yang berkualitas harus mengetahui apa yang diharapkan pasiennya, karena pasien berhak menilai kualitas pelayanan yang diberikan.
Di beberapa rumah sakit, masih terdapat kesenjangan antara apa yang diharapkan pasien dengan kenyataan yang dialami pasien dalam hal kualitas pelayanan ramah rumah sakit. Hal ini terlihat pada banyak keluhan, antara lain yang ditinggalkan pasien di rumah sakit umum, pasien poli mata, yang ditegur stafnya saat ditanya apakah mungkin ada kesalahan pada hasil tes mata dua minggu sebelumnya. . Selain itu, keselamatan harus diperhatikan dalam lingkungan pasien. Sehingga perbedaan antara harapan pelayanan dan kenyataan yang dicapai mengarah pada kepuasan pasien.
Melihat keadaan RSU selama 5 tahun anggaran, sangat menarik untuk mengetahui sistem kerja dalam perolehan informasi kesehatan dari masyarakat, sehingga kualitas pelayanan yang diberikan oleh RS yang bersangkutan akan tinggi. Pengukuran harus berkelanjutan untuk menciptakan perbaikan atau peningkatan pelayanan.
Salah satu faktor penyebab keterbatasan sumber daya manusia khususnya di bidang kedokteran adalah lemahnya manajemen mutu terpadu. Permasalahannya adalah kurangnya tenaga profesional dalam pengelolaan pelayanan pasien, masih ada pasien yang merasa tidak nyaman dalam pelayanannya. Dan masih mengacu pada lemahnya penggunaan total quality management atau manajemen mutu terpadu yang belum optimal.
Fenomena manajemen mutu total yang masih belum dilaksanakan secara optimal menjadi tantangan utama bagi pengelola rumah sakit dan pegawai rumah sakit umum. Hasil observasi lapangan sementara peneliti menunjukkan bahwa pasien masih sering mengeluhkan kewaspadaan petugas medis dalam penanganan keluhan masyarakat, petugas medis sering menunda operasi medis dalam waktu yang lama, fasilitas pelayanan masih kurang dan terbatas. tenaga medis khususnya dokter spesialis. Namun demikian, untuk meningkatkan penjaminan mutu kesehatan masyarakat antara harapan dan kenyataan pasien konsumen atau rumah sakit umum, perlu diterapkan manajemen mutu terpadu atau total quality management. Kebijakan pengelolaan usaha terkait dengan perspektif tersebut, yaitu peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang berkesinambungan, didukung oleh otonomi umum di semua tingkatan dan unit kerja untuk menjamin tanggung jawab rumah sakit dan strategi bersaing yang lancar. Kebijakan ini diwujudkan dalam program penerapan manajemen mutu yang komprehensif dan efektif.
Prinsip Total Quality Management
Di era informasi, setiap organisasi harus menghadapi olimpiade bisnis yang semakin kompleks, karena untuk dapat bertahan dan berkembang, organisasi harus memiliki keunggulan kompetitif.
Dalam persaingan yang semakin meningkat untuk manajer layanan pelatihan, kualitas adalah masalah utama. Peningkatan kualitas merupakan syarat dari paradigma baru manajemen organisasi. Meraih predikat sehat dan bermutu merupakan tanggung jawab setiap organisasi kesehatan, termasuk rumah sakit umum. Perbaikan terus-menerus dilakukan, salah satunya dilakukan dengan pengelolaan sistem pelayanan rumah sakit secara keseluruhan, yang berorientasi pada kualitas tinggi dan operasi yang cepat. Pendekatan ini dikenal sebagai manajemen mutu total atau manajemen mutu terpadu di rumah sakit di mana keunggulan dalam perawatan kesehatan diperlukan, seperti kecepatan, daya tanggap, fleksibilitas, pemrosesan, operasi dan keahlian dokter dan perawat.
Manajemen mutu total sebagai konsep yang berupaya menerapkan sistem mutu kelas dunia memerlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai organisasi. Menurut Hensler dan Brunel (Christopher, 1993), TQM memiliki empat prinsip utama.
- Kepuasan pelanggan Dalam manajemen kualitas total, konsep pelanggan dan kualitas diperluas. Kualitas tidak lagi berarti hanya memenuhi persyaratan tertentu, tetapi kualitas ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri adalah pelanggan internal dan eksternal. Kami berusaha untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam semua aspek termasuk harga, keamanan dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, semua kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan harus dikoordinasikan untuk memuaskan pelanggan.
- Menghormati. Di rumah sakit berkualitas kelas dunia, setiap dokter dan perawat dipandang sebagai individu dengan bakat dan kreativitasnya masing-masing, yang cepat dan tanggap. Oleh karena itu, petugas kesehatan adalah sumber daya organisasi yang paling berharga. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
- Manajemen berbasis fakta. Pelayanan kesehatan kelas dunia berbasis fakta. Artinya setiap keputusan selalu didasarkan pada informasi, bukan hanya pada emosi. Ada dua konsep utama yang terlibat. Pertama, pengutamaan adalah konsep bahwa tidak semua aspek dapat ditingkatkan secara bersamaan karena keterbatasan sumber daya. Oleh karena itu, manajemen dan tim perusahaan dapat menggunakan data untuk memfokuskan upaya mereka pada beberapa situasi penting. Istilah lain, variabilitas dalam aktivitas manusia. Data statistik dapat memberikan wawasan tentang variasi yang merupakan bagian alami dari sistem organisasi apa pun. Dengan demikian, manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan.
- Perbaikan Berkelanjutan. Agar berhasil, setiap perusahaan harus menerapkan proses yang sistematis untuk melaksanakan perbaikan berkelanjutan. Pada titik ini diterapkan konsep PDCA (plan-do-check-act), yang terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan rencana, pengecekan hasil rencana pelaksanaan dan tindakan koreksi terhadap hasil yang diperoleh.